< Pura-pura Mati Hingga Disembelih, Cerita Pekerja Istaka Karya Dibantai OPM
logo

Pura-pura Mati Hingga Disembelih, Cerita Pekerja Istaka Karya Dibantai OPM

Pura-pura Mati Hingga Disembelih, Cerita Pekerja Istaka Karya Dibantai OPM


JAKARTA – Pembantian 31 pekerja PT Istaka Karya oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Kabupaten Ndunga, Papua terjadi sangat sadis.Hal itu sebagaimana diceritakan salah seorang dari empat korban selamat yang bisa dievakuasi oleh TNI setelah sebelumnya bisa menyelamatkan diri.

Keempat korban selamat itu berhasil mencapai pos TNI di Mbua.
Demikian disampaikan Kapendam XVII/Cendrawasih Kolonel Infanteri Muhammad Aidi, Rabu (5/12/2018) sebagaimana penutusan JA, salah seorang korban selamat.

Pada Sabtu 1 Desember 2018, para pekerja memutuskan untuk tidak melajutkan pekerjaan karena sadar hari itu adalah peringatan ulangtahun Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Tapi, sekitar pukul 15.00 WIT, KKB itu mendatangai kamp PT Istaka Karya dan menyuruh keluar semua pekerja yang berjumlah 25 orang.

Para pekerja itu digiring menuju kali Karunggame, Distrik Yigi, Nduga, dengan kondisi kedua tangan diikat.
Ada setidaknya ada 50 anggota KKB dengan persenjataan standar militer yang mengawal.

Keesokan paginya sekitar pukul 07.00 WIT, JA dan seluruh pekerja dibawa berjalan kaki dalam keadaan tangan masih terikat menuju bukit Puncak Kabo.

Di tengah jalan mereka dipaksa berbaris dengan formasi 5 saf dalam keadaan jalan jongkok.
Tidak lama kemudian para KKB dalam suasana kegirangan menari-nari sambil meneriakkan suara hutan khas pedalaman Papua.

Dengan sadis, mereka memberondong para pekerja itu dengan senjata laras panjang sampai mati.
Namun, JA dan beberapa rekannya berhasil selamat karena berpura-pura mati terkapar di tanah.


“Ada Orang Iseng Kasih Komando, Istana dan Jakarta Bisa Dibikin Berantakan”
Mengira semua pekerja tewas, KKB lantas meninggalkan mereka dan melanjutkan perjalanan menuju bukit Puncak Kabo.
JA dan sepuluh rekannya yang pura-pura mati berusaha bangkit kembali dan melarikan diri.

Nahasnya, KKB ternyata melihat dan lantas melakukan pengejaran kembali kepada para pekerja yang melarikan diri.
Dari sepuluh korban itu kemudian ditangkap kembali. Dengan disaksikan langsung oleh JA, tiga orang rekannya itu disembelih oleh KKB.

Sedangkan dua orang lainnya berhasil melarikan diri dalam keadaan terluka parah. Diprediksi, kedua korban juga tewas dikarenakan kehabisan darah.
“Empat berhasil selamat dan tiba di pos TNI di Mbua. Jika dibentangkan di peta saja jarak antara Yigi dan Mbua 10 kilometer,” terang Aidi.

Meski sudah berhasil menyelamatkan diri, KKB tetap melakukan pengejaran ke pos TNI di Mbua.
Karena itu, terjadi pula penyerangan KKB terhadap pos TNI pada Senin (3/12) pukul 05.00 sampai dengan pukul 21.00 WIT.

Dari penyerangan itu, salah satu anggota TNI atas nama Serda Handoko menjadi korban karena tertembak dan gugur di tempat.

Setelah tembakan berhenti, komandan pos memutuskan mencari perlindungan di bukit sekitar pos sambil menggotong jasad Serda Handoko.
“Saat itu masih kontak tembak. Tidak lama kemudian satgas gabungan TNI dari Wamena tiba di lokasi, situasi berhasil dikembalikan,”

“Mbua kami duduki, pos TNI kami duduki dan minta bantuan heli untuk proses evakuasi,” beber Aidi.
Saat ini, JA dan korban selamat lainnya, termasuk satu anggota TNI sudah dirawat di RSUD Jayawijaya, Wamena.

“Saat ini pasukan TNI berusaha melaksanakan evakuasi terhadap korban pembunuhan yaitu di bukit,” pungkas Aidi.
Diberitakan PojokSatu.id sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku pernah mengunjungi kawasan Kabupaten Nduga, Papua.

Menurutnya, wilayah itu memang masuk dalam zona merah alias berbahaya.
Jokowi juga sudah menginstruksi Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian untuk mengusut kasus tersebut.


Jokowi sangat mengerti pembangunan infrastruktur di tanah Papua bukan hal mudah. Selain medan yang berat, banyak tantangan lain yang harus dihadapi para pekerja.

Termasuk yang berisiko mengancam keamanan dan keselamatan mereka. Apalagi di lokasi yang masuk zona merah atau daerah berbahaya seperti Nduga.
Daerah itu merupakan salah satu basis kelompok kriminal separatis bersenjata yang kerap menebar ancaman.

Namun, mantan gubernur DKI itu kembali menegaskan bahwa pembangunan infrastruktur di Papua harus berlanjut.

Sebab, masyarakat setempat membutuhkan infrastruktur tersebut. Harapannya, daerah yang sulit dijangkau bisa lebih mudah diakses.

“Pembangunan infrastruktur di tanah Papua tetap berlanjut. Kita tidak takut dengan hal seperti itu,” ungkap Jokowi.
(jpg/ruh/pojoksatu)