Siapa nih yang punya mimpi bekerja di negara Jepang? Mimpi kalian mungkin bisa terwujud dalam waktu dekat. Pemerintah Indonesia dan Jepang sekarang sedang giat-giatnya melakukan kerja sama di bidang tenaga kerja. Saat ini, Jepang sangat membutuhkan pekerja asing. Menurut penjelasan Menteri Luar Negeri Jepang, Taro Kono, penduduk Jepang saat ini terus berkurang hingga 500.000 jiwa per tahun.
Ketika semakin banyak penduduk lanjut usia karena notabene orang-orang Jepang itu sehat dan panjang umur, ternyata anak-anak mudanya justru ogah menikah dan punya anak sehingga angka kelahirannya rendah banget.
Nah salah satu peluang kerja di Jepang yang sedang dibuka lebar untuk pekerja asing terutama dari Indonesia, adalah sebagai perawat alias caregiver. Kalau dalam bahasa Jepang sih disebutnya dengan istilah ‘Kaigofukushishi‘.
Tugasnya adalah merawat lansia di Jepang. Menurut Direktur Pengembangan Pasar Kerja Kementerian Ketenagakerjaan, Roostiawati, gajinya sekitar 280.ooo yen satu bulan. Kalau dijadikan dalam mata uang rupiah, itu sama saja sekitar Rp35 juta lho! Menggiurkan ‘kan? Tapi sebelum memantapkan niat untuk bekerja di Jepang sebagai perawat, pahami dahulu fakta ini dilansir dari laman Hipwee News & Feature~
1. Jadi perawat di Jepang nggak boleh sembarangan. Mereka harus punya latar belakang pendidikan keperawatan setingkat Diploma 3 lho
Untuk jadi perawat orang lanjut usia, pendidikan minimalnya adalah diploma 3.
Buat jadi perawat untuk orang lanjut usia di Jepang, minimal pekerjanya harus sudah lulus sekolah Diploma 3 jurusan keperawatan.
Selain itu, usianya juga dibatasi maksimal 35 tahun. Semua persyaratan administatif bisa dilihat kok di situs Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI). Jadi, nggak bisa sembarangan orang bisa mengikuti program tersebut.
2. Sebelum jadi perawat dengan gaji Rp35 juta per bulan, perawat harus lolos ujian nasional dulu. Kalau belum, gajinya akan berbeda. Mereka harus melalui tes dulu agar bisa jadi perawat bersertifikasi.
Saat tiba di Jepang, perawat masih jadi kandidat perawat. Meskipun statusnya masih kandidat perawat, tapi mereka bisa bekerja dan digaji lho.
Tapi, gajinya tidak sebesar gaji perawat yang sudah melalui sejenis ujian nasional perawat. Setelah lolos, dijelaskan oleh Direktur Pengembangan Pasar Kerja Kementerian Ketenagakerjaan, Roostiawati, baru deh gajinya sekitar 280.000 yen atau setara dengan Rp 35 juta. Perawat yang lolos ini disebut sebagai perawat yang sudah mendapat
sertifikasi.
3. Perawat yang berhasil lolos dalam ujian tersebut, hanya sekitar 9% dari total yang mengikuti tes. Wah harus kerja keras deh~
Nggak banyak yang berhasil lolos ujian nasional perawat dan berhasil jadi perawat bersertifikasi.
Ternyata, tesnya bisa dibilang sulit lho. Buktinya, dikutip dari The Conversation, orang yang bisa lolos ujian tersebut cuma 9% dari total yang mengikuti tes.
Jadi, sisanya masih tetap jadi calon perawat dengan gaji yang bisa setengah sampai 2/3 dari gaji perawat dengan sertifikasi. Ketatnya seleksi ujian nasional perawat ini sekaligus bisa untuk menjaga kualitas perawat yang merawat orang lanjut usia kan~
4. Kalau lolos, selain gaji yang didapat lebih tinggi, ada keistimewaan lain yang bisa didapat. Pekerja diperbolehkan kerja sampai pensiun dan membawa keluarga
Nggak hanya diri sendiri yang bisa tinggal di Jepang. Kamu bisa memboyong keluarga kalau sudah jadi perawat yang lolos ujian.
Nggak hanya gaji saja yang jadi lebih besar, tetapi ada keuntungan lain jika bisa lolos ujian nasional perawat di Jepang tersebut. Kata Roostiawati, perawat yang sudah mendapat sertifikat itu bisa memboyong keluarganya untuk ikut hidup di Jepang lho.
Selain itu, diperbolehkan juga bekerja tetap sebagai perawat sampai nantinya dia sendiri pensiun. Tertarik?
5. Kendala lain yang dihadapi adalah perbedaan bahasa dan budaya. Apalagi, Jepang ‘kan dikenal punya etos kerja yang tinggi~
Tapi, nggak mudah sih kerja di negara orang yang bahasa dan budayanya berbeda. Salah satu kemampuan yang sebaiknya dimiliki perawat adalah kemampuan bahasa Jepang. Orang Jepang yang bisa bahasa asing seperti bahasa Inggris nggak banyak. Selain itu, perbedaan budaya juga bisa jadi masalah lho.
Jepang kan dikenal memiliki budaya kerja yang etosnya tinggi sehingga sebagai pendatang, harus ikut menyesuaikan.
Memang sih angka Rp 35 juta kesannya besar sekali jika dilihat dari kacamata orang Indonesia, bisa 10 kali gaji menjadi perawat di Indonesia. Tapi kan biaya hidup di Jepang juga besar. Angka tersebut memang gaji yang pantas didapatkan untuk pekerja disana. Jadi, kalian masih tertarik buat bekerja di Jepang?